"Honesty is the Best Policy Politics"

Rabu, 10 Agustus 2011

Sudah Saatnya Papua Buat Produk Bubuk Cokelat

JUBI --- Mahasiswa program Doktoral Universitas Pajajaran Bandung John Boekorsjom mengatakan sudah saatnya Provinsi Papua harus meningkatkan produksi cokelat dari bahan baku menjadi produk bubuk cokelat atau bahan setengah jadi.

"Selama ini, Papua hanya sebagai penyedia bahan baku semata dan belum mengelolanya dari buah cokelat menjadi produk setengah jadi atau bubuk cokelat," ujar Boekorsjom di Jayapura, Rabu (3/2).

Ditambahkan, sejak Belanda mulai membuka lahan perkebunan Cokelat di Genyem, Lembah Nimboran 1956 hingga sekarang, produksinya masih berupa cokelat kering dan basah. "Mestinya sekarang ini harus ada peningkatan bukan tetap menjual biji cokelat saja.”

Secara terpisah Nehemia Iwong, mantan staf uji mutu Irian Jaya Joint Develepment Foundatin (IJJDF) kepada Jubi di Genyem, Selasa (2/2) mengatakan, proyek penanaman cokelat di Nimboran dimulai sejak 1956 sampai 1963. "Pada 1964 sampai dengan 1970 tidak ada aktifitas penanaman kembali cokelat akibat perubahan politik di tanah Papua," ujar Iwong.

Ditegaskan pada 1976 sampai 1991, aktifitas penanaman cokelat dimulai di Nimboran tetapi tidak sebagus jaman Papua masih dijajah Belanda. "Saya heran setelah kita Merdeka semangat masyarakat untuk menanam cokelat menurun dan sudah tak berdaya lagi," ujar Iwong. (Dominggus Mampioper)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar