"Honesty is the Best Policy Politics"

Selasa, 09 Agustus 2011

T.S.Boekorsjom : Dulu Teratur, Kini Takaruang

Saturday, 24 April 2010 09:00  administrator Hits: 752
http://tabloidjubi.com/artikel/pengalaman/6936-tsboekorsjom-dulu-teratur-kini-takaruang-.html



Paitua T.S. Boekorsjom : HOLLANDIA DULU BISA DISEBUT KOTA BERIMAN KARENA BERSIH DAN NYAMAN. (FOTO/JUBI MUSA ABUBAR)


T.S Boekorsjom, lelaki asal Biak ini pernah memangku dua jabatan penting pada masa Pemerintahan Belanda.  Jabatan pertama sebagai Walikota Hollandia membuatnya selalu turun lapangan mengawasi kebersihan kota dan bahaya banjir.  

JUBI --- Di masa itu banyak kesulitan yang dialami namun tidak menjadi hambatan  bagi T. S. Boekorsjom untuk menjalankan tanggung jawab yang diberikan.
Setelah menyelesaikan pendidikan Bestuur di Opleidingschool Voor Inheemse Beestuursambternaren (OSIBA) sebagai lulusan terbaik Tahun 1951, ia langsung menerima besluit atau Surat Keputusan untuk bekerja di Kantor HPB Hollandia (Jayapura-red).
Pada 1952-1954 mendapat kepercayaan menjadi  Hoofd Plaaselijk Beestuur atau Kepala Pemerintah Daerah  Hollandia.
Sebagai Walikota Hollandia  tentu  lebih banyak berpikir untuk mengelola dan mengembangkan sebuah kota dan berpikir untuk menjaga situasi kota agar tetap aman. “Waktu saya jadi walikota. Saya berusaha supaya kota ini tetap bersih, indah, nyaman dan rapi,” kenang  Boekorsjom kepada JUBI di kediamanannya  di Kotaraja Jayapura.
Dalam menjalankan tugas, ia tetap bekerja sama dengan instansi lain seperti Dinas Pekerjaan Umum (RWD) dan bersama-sama masyarakat untuk menata kota. Ia mengaku, Warga yang ingin memanfaatkan pekarangan (kintal) untuk berkebun juga dibantu pemerintah. Dulu di wilayah yang sekarang Saga Mall,  merupakan  Kebun Kangkung Youwe. “Kebun Kangkung itu milik Paitua Lukas Youwe sehingga warga sering bilang Kangkung Youwe,” kenang  Boekorsjom.  “Kalau di Kali Acai terdapat kebun kangkung milik Paitua Musa. kangkung tersebut didatangkan dari Taiwan pada Tahun 1952. Dan Kangkung Putih tersebut menjadi favorit Warga Kota Hollandia.” 
 Bukan hanya itu saja bersama Warga Abe Pantai dan beberapa pekerja melakukan penanaman Lamtoro Gun di Kawasan Jalan Skyland. Tanaman Lamtoro Gun ini penting untuk menahan erosi dan banjir.
 “Pohon Lamtoro Gun ini sebagian kami tanam, sebagian lagi tumbuh dengan sendiri,” ungkapnya.
Tanaman ini juga berfungsi sebagai penepis panas matahari agar pengguna jalan tetap merasa sejuk dan nyaman. Selain itu juga berfungsi sebagai penahan air saat turun hujan sekaligus sebagai penyangga banjir.
Ayah delapan anak ini mengatakan, tidak hanya itu yang dilakukan. Namun selama masa kepemimpinannya, ia berusaha untuk menjaga kebersihan, kemanan dan menertibkan kedatangan setiap penduduk baru yang masuk dan hendak berdomilisili di Hollandia saat itu.
“Ada aturan bagi warga baru di Hollandia. Kalau selama enam bulan sudah punya pekerjaan tetap baru kami terbitkan Kartu Tanda Penduduk (KTP),” ujar Boekorsjom.
Dia mengaku, untuk warga  dari luar yang mau mencari  pekerjaan, pemerintah menolaknya dan dipulangkan ke tempat asal mereka.
“Kota Hollandia harus bebas dari warga yang tidak punya pekerjaan dan pengangguran. Terkecuali penduduk setempat,” kata Boekorsjom.
Dia juga menambahkan tugas rutin lain yang selalu dilakukannya  adalah memantau kebersihan sungai dan parit jika musim hujan.
Kali Anafre di sepanjang Overtom dan Kantor DPRP sekarang harus tetap jernih dan tidak dijinkan boleh ada buangan kotoran. “Kita jaga kebersihan Sungai Anafre sehingga warga bisa mandi dan cuci di situ,” tukas mantan Pembantu Gubernur Irian Jaya Wilayah I.
 Fokus kebersihan selalu menjadi perhatian karena kalau kotor akan menyebabkan sumber penyakit dan  tentunya warga tidak sehat.
“Kalau malam turun hujan sampai pagi hari. Berarti pagi-pagi sekali harus kontrol dan memerintahkan anak buah kalau ada yang rusak agar segera diperbaiki,” ujar Boekorsjom.
Tindakan ini perlu dilakukan secepatnya agar mengantisipasi meluapnya air ke badan jalan.
Pengelolaan sampah dan tempat pembuangan akhir (TPA) juga menjadi perhatian serius. Penerapan program ini dilakukan dengan tujuan agar kota ini tetap bersih dan indah.
Setiap sampah yang diangkut dan dibuang ke TPA langsung dibakar.
TPA pertama terletak di samping jalan Rumah Ibadah Hindu Skyland Jayapura. Tempat tersebut ada salah satu jurang yang terjal. Empat orang tenaga ditugaskan secara khusus untuk membakar setiap sampah yang diangkat dan dibuang ke  TPA tersebut. Sampah tersebut dibakar dengan tujuan agar tidak menimbulkan bau busuk. “Petugas sampah selalu siap dua puluh empat jam untuk membakar sampah-sampah  untuk dibawa dan dibuang,” katanya.    
Ia mengaku,  TPA ini tidak bertahan lama dan dipindah  ke pantai jalan Vim. “TPA ini sudah tidak memadai lagi,” ujar Boekorsjom. “Tempat sampah ini bertahan hingga  awal Tahun 1990. Namun setelah MR Kambu jadi Walikota Jayapura,  kemudian dipindahkan lagi  ke daerah Kampung Nafri.”
Dalam hal pengotrolan kebersihan Kota  Hollandia, dia mengaku,  aparatnya mengawas setiap saat sehingga pada saat itu kota ini juga disebut sebagai kota yang beriman.
“Mungkin kita boleh sebut Kota Beriman karena bersih dan nyaman,” tutur Boekorsjom mengenang Jayapura tempo dulu.
Berkat operasi penertiban sampah tersebut, di setiap sudut Kota Hollandia yang kini disebut Jayapura, nyaris tak nampak ceceran kotoran di tempat umum dan halaman rumah-rumah penduduk.
Melalui kebijakannya, warga tidak diperkenankan buang sampah ke Kali Acai maupun Kali Anafre. Dia juga mengaku, kesadaran warga pada zaman Hollandia sangat tinggi. “Warga sangat tertib dan cinta lingkungan bersih sehingga aturan yang diterapkan oleh pemerintah tidak sia-sia,” bangganya.
Selain itu, pada penataan kota  juga menjadi perhatian Boekorsjom. Dikatakannya, Pemerintah Kota Hollandia juga sangat tegas kepada penduduk yang hendak membangun rumah tempat tinggal. “Tidak ada perijinan pembangunan rumah di atas bukit atau lereng lereng gunung,” ujar Boekorsjom.
Selain itu, kemananan dan ketertiban masyarakat juga diperhatikan. Pihaknya bekerja sama dengan Inspektur Polisi dalam menangani ketertiban dan kemanan.
Ada aturan dan tata tertib yang perlu diperhatikan Warga Kota Hollandia. Misalnya berkendaraan, baik roda dua dan roda empat. Kendaraan tidak diperkenankan mengeluarkan asap yang mengepul. Jika melanggar aturan kebisingan dan polusi udara maka pengendara mobil dan motor akan ditindak aparat polisi.
Dia mengaku, pada era Pemerintahan Hollandia ada juga warga yang jual minuman keras, jenis bir. Harganya satu botol bir kecil berkisar 35-75  sen Nieuw Guinea Gulden.
“Yah, dorang minum bir  tetapi tidak bikin kacau dan palang jalan. Semua aman dan terkendali. Kalaupun ada pertengkaran hanya terjadi di tempat khusus termasuk saja. Dorang juga  baku melawan dengan Anggota KNIL atau Polisi”. ujar Boekorsjom.
Dia juga mengaku, kesibukan polisi biasanya terlihat pada jam-jam istirahat yakni sekitar  Pukul 15.00-17.00 Waktu Hollandia. Motor yang mengeluarkan suara bising ditilang pihak yang berwajib.
“Soalnya pada jam tersebut banyak orang sedang istirahat selepas jam kantor,” ujarnya.
Selain itu, Pemerintah Kota Hollandia juga bertanggungjawab atas pekuburuan umum di Abe dan juga menyediakan peti jenazah keluarga yang berduka. Dia mengaku, ketika itu banyak yang menentang program ini karena dianggap sangat tidak etis karena dinilai meminta orang untuk meninggal.
“Namun toh akhirnya diterima. Ada petugas dan mandor yang menggali kuburan,” ujar Boekorsjom.
Pihaknya juga menyediakan peti jenazah dan  disiapkan di gudang dekat RS Jiwa Irena di Abepura.
Tete Boekorsjom juga mendapat kesempatan menjadi assisten peneliti dari Tuan Galis dalam Penelitian Papoe Van Humbold Bay pada 1953. Hasil penelitian ini mengantarkan Galis meraih gelar Doktor di Universitas Leiden Belanda. (JUBI/DAM/Musa Abubar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar